
KOMPOS merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami padi, alang-alang serta kotoran hewan yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroba pengurai.
Penggunaan kompos sebenarnya sudah lama di Indonesia, termasuk di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Tetapi seiring berjalannya waktu, perannya tergantikan dengan pupuk kimia yang begitu banyak beredar di pasaran.
Kini Pemerintah Indonesia, melalui Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek berupaya mengembalikan kejayaan kompos melalui prorgam Matching Fund Patriot Pangan.
Dalam mengimplementasi Program Matching Fund Patriot Pangan tersebut, Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak memberikan pelatihan langsung kepada para petani tentang bagaimana membuat kompos.
Sudah ratusan petani dan Penyuluh Peratnian Lapangan (PPL) yang mendapat pelatihan membuat pupuk dari Faperta Untan Pontianak.
Teranyar, ratusan petani dan PPL dari Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar mengikuti pelatihan membuat kompos yang dipusatkan di Rumah Kompos Faperta Untan Pontianak.
Dalam kesempatan tersebut, salah seorang Dosen Progam Studi Ilmu Tanah Faperta Untan Pontianak, Sri Dewi Murni SP MP menyampaikan bagaimana gampangnya membuatnya kompos.
“Semua jenis bahan organik dapat dijadikan sumber untuk pembuatan kompos, baik yang berasal dari tanaman maupun ternak,” kata Sri Dewi, Minggu 6 November 2022.
Sri Dewi merinci bahan-bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk membuat kompos, yakni
– 10 Kilogram bahan organik segar/kering (sumber bahan utama) yang sudah dihancurkan atau dipotong-potong.
– 3 Kilogram bahan kombinasi (campuran), boleh ditambahkan dan boleh tidak
– 1 Kilogram dedak
– 2 Mil EM4 (1/4 tutup bobol) dalam 1 liter air.
– Terpal
– Cangkul
– Ember
Berikut cara pembuatan kompos seperti yang disampaikan Sri Dewi kepada ratusan petani dan PPL asal Kecamatan Sungai Kakap:
1. Buat ukuran kira-kira 1 meter persegi di atas permukaan tanah sebagai tanda ukuran untuk membuat pengomposan.
2. Letakkan bahan organik yagn telahd ipotong kecil dan susun sekitar setebal 20 sentimeter untuk lapisan pertama. Penumpukan ini bisa ditambahkan dengan rumput atau bahan organik lain di sekitar lahan.
3. Jika bahan organik kering yang dipakai maka perlu dilakukan penyiaraman agar menjadi lembab
4. Sebarkan pupuk kandang, secara merata di atas tumpukan
5. Di atas tumpukan ditaburi dengan dedak dan disieran dengan bakteri pelapuk secukupnya (EM4).
6. Ulangi penambahan tumpuhan bahan organik di atasnya sehingga mencapai ketinggi 1 meter.
7. Bila telah selesai, tumpukan bahan organik ditutup dengan terpal seluruhnya agar tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan
8. Selama proses pengomposan akan terjadi peningkatan suhu. Sehingga perlu diberikan sirkulasi udara dengan membuka terpal untuk menurunkan suhu.
9. Pembalikan penumpukan kompos dilakukan setiap minggu dengan cara membongkar lapis demi lapis dan mengembalikan yang awalnya di lapangan bawah.
10. Apabila suhu sudah 45 derajat celsius warna kompos sudah hitam kecokelatan dan volume menyusut 50 persen maka proses pembalikan dihentikan.
11. Selanjutnya adalah proses pematangan selama kurang lebih 14 hari dilakukan dengan membiarkan tumpukan kompos, diangin-anginkan agar suhu turun sesuai suhu sekitarnya.***